pernah ada pagi yang sehangat kopi
pernah ada sore yang sehangat teh
pernah ada malam yang semanis cokelat
senin di akhir november itu mengingatkanku
satu minggu setelah perkenalan tak terduga kita
aku merona bersamamu hingga sembilan malam
esoknya, aku sadar. alkohol tak secandu kalimatmu

-14 februari-

ternyata, lama ku tak merindu
mengembangkan senyum khas bulan kasmaran
seperti hampir tiga tahun yang lalu
yang lalu membuatku berhenti lagi untuk terjatuh
kamu, apa kabarnya hari ini?
pasti kau masih ingat saat pertama mengenalku
pasti kau masih hafal saat berhasil menggoyahkan prinsipku
tapi lekat, saat kau meninggalkanku, masih melekat

di tahun ini,
yang katanya tahun kuda kayu
aku mau berlari sekencang kuda
aku mau bertahan sekuat kayu
hingga waktu merapuhkanku
sampai kau membakarku
lagi, untuk kedua kalinya

-11 februari-

dingin. sangat dingin. lebih dingin lagi
jemari kakiku mulai membiru lagi
darahnya enggan mengalir, entah dimana mogoknya
kelu. sangat kelu. lebih kelu lagi
jemari tanganku hilang kendali lagi
dia meracau menuliskan apa yang dipikirkan otakku
pukul satu malam baru mau tidur
setelah berjam-jam menunggu yang entah siapa itu
tak kunjung datang
pangeranku tak berkuda pun bersenjata
aku putri tidur yang tidur sangat lama, di dalam kastil
lagi, meracau lagi

google.com

kartu-kartu, aku tak bisa membaliknya
aku tak bisa melihatnya bahkan menafsirkannya
bola-bola berpijar, aku tak mampu menyentuhnya
aku tak mampu melihat aku, kau, atau mereka
mengalir semua biarkan mengalir
hidupmu, doamu, keteguhanmu
Tuhan tak ingin aku berpaling

indrayanti - dreamland

ini bukan kelas biologi, ini surat cinta

aku hilang di depan laras pendek
dan aku merasa hilang di depan palu hakim
bagaikan tersangka yang menghadapi vonis mati
ku ajukan banding pun mereka tak peduli
manusia bertelinga kulit badak
manusia berhati kerak
masih pantaskah kau disebut manusia?
saat mengaku paham namun tak mengerti

**

hatimu tak rusak dimakan rayap
tapi lubang hati yang menganga itu jelas adanya
menyakiti setiap jiwa yang tak ingin diperhatikan
dia tak meminta, tak mengemis
kau hanya terlalu asam untuk mata yang menangis
wahai lubang hatimu, jiwa itu ingin bebas
pergi tanpa sorot mata dan tajamnya lidah perawan
ketika dia bersembunyi tapi malah terlihat
ketika dia tenggelam tapi malah mengapung
dan ketika dia menjadi dirinya tapi malah diminta bersandiwara
apa lagi yang sebenarnya kalian inginkan?
lalu di akhir ketika dia menghilang,
akulah jiwa itu.

dari open.dna.co.nz

"...say what you need to say, say what you need to say..." John Mayer - Say

bukan perkara asing lagi kalau ada yang berpepatah untuk "mengatakan apa yang kita rasakan karena orang lain tak akan mengerti perasaan kita". SEPAKAT! sebagian orang memang sulit untuk dikasih kode dan sebagian lagi sangat keterlaluan sampai minta digetok karena masih ga peka juga walaupun udah sampai di-frontal-in. orang-orang dengan tipikal seperti itu tuh yang sulit untuk ditaklukan, akhirnya malah geram sendiri karena ga ngerti maunya dia.

dengan ke to-the-point-an yang sudah mendarah daging, saya terbiasa untuk bicara terus terang mengenai apa yang dirasa. memang ga semua bisa diungkapkan sih, karena terkadang ada orang yang ogah banget untuk mendengar kebenaran atau karena saya juga yang agak risih untuk jujur terhadap beberapa perasaan. terutama perasaan yang menyangkut dua gender berbeda hehehe. gak jarang juga saya harus memendam rasa kesal setengah mati karena gamau ada pertengkaran yang terjadi dan kayanya untuk beberapa kasus, kita malah diharapkan untuk berlapang dada dan menjadi pemaaf.

walaupun katanya -- nya yang entah siapa -- pernah bilang bahwa saya seperti bom waktu. disimpen dulu aja, karena di suatu hari nanti pun semua akan meledak. DUAR.....

sering terjadi di hidup kita: ketika sudah jujur dan mengatakan apa yang dirasa, kemudian malah tercipta awkward moment di antara kita serta menimbulkan "hehe" yang sangat kering dan pernyataan "tambeng banget orang yang satu ini. hehe" well, kejadian macam itulah yang menyadarkan saya bahwa berkata jujur tak selamanya membuat lega karena si target malah tega. pada akhirnya kita akan tahu, satu-satunya respon yang ingin kita dapatkan adalah sebuah pengertian dan perubahan ke arah yang kita harapkan. egois memang. tapi begitulah, ketika jujur akan sebuah kekaguman, si doi malah manggut-manggut hehe tanpa ada aksi lain. gayungku tak bersambut. maunya kan si dia ngajak ngobrol saya duluan, hehe. selalu ada maksud di balik kejadian yang disengaja.

dan kemudian -- yang biasanya diungkapkan lewat tulisan -- itu malah membuat keduanya bisu saat bertemu. yang situ bingung karena berhadapan dengan orang yang kagum sama dia dan yang sini canggung karena merasa sangat bocor di tulisan, tapi malah terkunci rapat saat tatap muka.

hehehe.....