malaikatku, aku peri-mu

dibalut kasih tak bertepi, namun kita mengerti

mengapa tak semuanya satu

mengapa tak pernah satu

tapi kau, aku selalu yang terbaik, katamu

tapi kau, aku menjadi yang spesial, bagimu

rinduku bergelut dengan kabut

denganmu, aku ingin lebih lama lagi

bahkan jika harus ada tiga puluh hari yang lain

asal denganmu lagi

aku

aku mau

diaku olehmu

sebab aku mengakumu

dibayangi kedewasaan, memupuk yang terpendam

tanpa berdoa untuk muncul ke permukaan

biar saja, subur di bawah tanah

asalkan kita mengerti, rasa kita

sama

tapi iman kita

berbeda

bagiku saat ini,
tak ada yang lebih indah selain
menatapmu

bagiku saat ini,
tak ada yang lebih mengharukan selain
memandangimu

bagiku saat ini,
tak ada yang membuatku tiba-tiba terisak selain
terhanyut melihatmu

balita yang sedang tidur nyenyak
tak berdosa
berharap kau tak membuat dosa
atau tersakiti
dan kelak merasakan getirnya hidup
ku harap kau punya iman yang kuat
agar dunia sekalipun bukan godaan berat
tapi akhirat tujuanmu kelak

gusarku membendung gulita di pekarangan
hasratnya seperti pencarian hingga peluh terakhir berjatuhan
menapaki jalan lempung berpasir,
tersiram air
sehingganya membentuk kilapan licin

bukankah bukan yang selalu engkau tanyakan?
hingga rasa seperti tak berasa,
hingga lupa diri bukan perkara
aku ingin tiba-tiba membumbung saja,
sampai diri lupa pernah lupa