Merinding sekaligus miris
kalau baca masalah lingkungan dunia dan liat keadaan sekitarnya secara nyata.
Kalau sekarang sudah sekacau ini, bagaimana dengan esok? Lusa? Lain hari?
Minggu depan? Bulan depan? Tahun depan? Atau bahkan beberapa menit dari sekarang?
Sekarang saya sudah 18 tahun, kalau dibandingkan dengan 10 tahun lalu ketika
saya masih 8 tahun, dunia ini sangat berbeda. Kita juga sudah sering dengar
tentang isu-isu global seperti kelaparan, kemiskinan, bencana alam, global
warming sampai “peramalan” kiamat akan datang. Iya, kiamat pasti tiba, tapi
tidak ada satu pun orang yang tahu mengenai tanggalnya. Yang pasti kita harus
siap-siap. Yang dari dulu sampai sekarang sedang gencar dibicarakan dan
dicarikan solusinya mungkin isu global warming serta suhu dunia yang katanya
akan naik 4oC pada akhir abad ini. Bagaimana tidak kaget mendengar
isu kenaikan suhu itu? Naik 4oC itu tinggi loh, lalu apa kabar dengan kutub kita? Bayangkan, jika suhu dunia
meningkat tajam, es di kutub akan mencair dan airnya tidak bisa meluber atau
bahkan tumpah ke luar bumi kan, tentu
saja akan menenggelamkan dataran yang ada. Kalu sudah begitu, mau bagaimana
kita? Atau contoh lain dengan kejadian semburan lumpur di Indonesia. Lumpur
yang kenyataannya adalah isi perut bumi itu suhunya panas dan tidak bisa kita
tutup sumbernya. Lumpur akan terus menyembur hingga membanjiri dunia. Dari sana
disergap es yang mencair, dari sini di tahan lumpur yang menyembur.
Selanjutnya tentang
masalah energi. Energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan, tapi
bisa diubah. Dengan adanya pernyataan seperti itu bukan berarti kita boleh
boros loh. Tapi perlu kita ketahui
kalau kita sedang krisis energi loh, buktinya apa? Buktinya adalah slogan
“hemat energi”. Itu bukan jawaban konyol. Kalau diteliti, untuk apa saling
menggembar-gemborkan slogan “hemat energi” kalau kita tidak punya masalah
dengannya? Tentu saja ada bukan? Energi yang saya maksud di sini bukan energi
matahari ya, lebih condong ke energi migas. Mengapa migas? Karena kita tahu
migas itu hal yang vital bagi kelangsungan hidup manusia tapi cukup sulit
didapat. Mungkin kita tahu BBM bersubsidi yang diadakan pemerintah, harganya
lebih murah dan tidak semua jenis kendaraan boleh menggunakannya. Beberapa
minggu lalu saya pernah membaca sebuah artikel mengenai perusahaan Pertamina
yang menggelar program untuk memancing masyarakat agar mau menggunakkan
pertamax. Hal itu dilakukan untuk mengurangi konsumsi BBM bersubsidi secara
berlebihan karena masih banyak mobil mewah yang menggunakan BBM bersubsidi
padahal sudah dilarang untuk menggunakan itu.
Setelah saya mengupas
sedikit tentang permasalahan yang dihadapi dunia, maka saya akan menceritakan
aksi nyata yang dilakukan untuk menghemat energi dan menjaga lingkungan.
1.
Mematikan
lampu yang tidak digunakan
Jika sekiranya masih bisa terang dengan cahaya matahari yang masuk ke
rumah, saya tidak akan menyalakan lampu. Selain boros, ruangan pun akan terasa
panas. Ibu saya juga selalu berpesan untuk mematikan lampu dapur atau kamar
mandi jika sudah beres dengan urusan kita di situ. Saat malam pun keluarga saya
terbiasa hanya menyalakan lampu luar saja, karena lampu di dalam rumah tidak
akan kita nikmati. Ada beberapa bahkan banyak teman yang tidur dengan keadaan
lampu dinyalakan dengan alasan takut. Saya sih
memang lebih suka kalau lampunya dimatikan, bisa nyenyak, kulit tidak
keriput, dan metabolisme tubuh pun bisa bekerja lebih efektif. Pernah mendengar
tentang polusi cahaya? Nah, itu
diakibatkan dari penggunaan cahaya buatan manusia (lampu) yang intensitasnya
sangat besar. Bisa kita lihat kalau malam tidak segelap dulu lagi, kecuali jika
sedang musim hujan. Tapi kalau memang tidak mau tidur dalam keadaan lampu yang
mati, mungkin bisa mengikuti kegiatan “earth hour” saja. Hanya satu jam, berarti
besar bagi dunia.
2.
Menggunakan
air seperlunya
Yang penting selanjutnya. Saya tidak akan membiarkan air terus mengalir
dari kran jika tidak dipakai. Kalau sedang mengisi air pun, selalu langsung
dimatikan jika sudah penuh. Tidak selamanya kita hidup dengan air yang
berkecukupan. Ada kalanya kita mengalami musim kemarau atau kejadian pompa yang
rusak sehingga mengharuskan kita membeli air secara eceran. Coba bayangkan
betapa sulitnya harus berebut air dengan tetangga jika pompa utama yang
mengalirkan air ke setiap rumah sedang rusak. Sudah berebut, air semakin
terbatas pula.
3.
Mencabut
kabel listrik yang tidak digunakan
Keluarga saya punya kebiasaan yang tidak bisa saya abaikan, yaitu selalu
mencabut kabel televisi sesudah menonton serta mencabut beberapa sumber listrik
saat meninggalkan rumah dalam keadaan kosong. Kebiasaan ini berimbas pada
penggunaan charger telepon selular.
Saya tidak pernah membiarkan telepon genggam saya terisi dari waktu tidur
hingga bangun. Saya selalu menyetel alarm dan rela bangun tengah malam hanya
untuk mencabut telepon genggam daripada terus membiarkannya terisi. Selain
menghindari kerusakan, saya pun menghemat energi.
4.
Tidak boros
dalam penggunaan kompor gas
Berhubung rumah saya memakain kompor gas dan gas juga tidak semudah itu didapat,
ini adalah kegiatan penghematan yang harus dilaksanakan. Memasak seperlunya dan
tidak meninggalkan kompor dalam keadaan menyala. Maksudnya di sini adalah,
misalkan saya memasak mi instan, saya tidak akan meninggalkan rebusan air dan
kembali lagi dalam keadaan mendidih. Lebih baik saya menunggu airnya mendidih
saja, sehingga saya tidak perlu membuang waktu dan membuang-buang gas. Selain
itu saya tidak mau nasib gas sama dengan nasib minyak tanah. Dulu dia sangat
populer hingga orang-orang boros terhadapnya sehingga membuatnya menghilang.
5.
Menggunakan
kendaraan umum
Ya, ini aksi nyata saya juga. Selain tidak bisa mengendarai kendaraan
bermotor, naik kendaraan umum pun membuat kita santai. Jika mengendarai
kendaraan pribadi, mungkin saya tidak akan bisa tidur dan mendengarkan musik di
jalan, yang ada malah celaka nanti. Lagipula menggunakan kendaraan umum akan
menghemat bahan bakar yang tersedia di SPBU milik Pertamina dan mengurangi
kemacetan.
6.
Membuang
sampah di tempatnya
Sekecil apapun sampahnya, jika semua orang membuangnya di jalan tentu akan
menjadi bencana. Apa susahnya membuang sampah di tempatnya? Tidak ada tempat
sampah? Atau tempat sampahnya jauh? Pegang dulu saja, kemudian dibuang jika
sudah menemukan tempatnya. Selain menghindarkan lingkungan dari banjir saat
hujan tiba, jalanan pun akan bersih karena tidak ada sampah yang berserakan.
7.
Perkecil
frekuensi penggunaan kantong plastik
Mengapa diperkecil? Kerana jujur, jika harus benar-benar stop menggunakan
kantong plastik saya tidak bisa. Ada saatnya saya memakai kantong plastik, tapi
banyak saatnya saya menggunakan tas dari kain kasa.
8.
Tidak
membiarkan selembar kertas kosong terbuang percuma
Sebagai mahasiswi, saya masih perlu menggunakan kertas. Tapi saya sadar
bahwa sudah banyak pohon ditebang demi bisnis lembaran kertas. Maka, saya tidak
mau menggunakan kertas hanya untuk coretan yang tidak perlu dan memanfaatkan
setiap lembar kosongnya dengan efektif.
9.
Makan? Tidak
mau pakai styrofoam
Mengapa? Bukannya manja, tapi styrofoam itu sama seperti plastik. Sulit
diurai oleh alam. Jadi kalau saya makan di luar, tolong simpan di atas piring
atau di atas tempat makan saya saja. Selain lebih nyaman, tempatnya pun bisa
dipakai berkali-kali.
10.
Bawa minum
sendiri
Hal ini selalu saya lakukan. Mengapa? Bukannya sudah kuliah? Apa tidak
malu? Tentu saja tidak, malah saya merasa diuntungkan dengan membawa minum dari
rumah. Ukuran tempat minum saya jumbo, bisa memenuhi kebutuhan dahaga saya dari
pagi sampai sore. Airnya pun saya yakin bersih, selain itu tidak perlu
mebuang-buang uang untuk membeli air minum kemasan botol setiap hari yang
terkadang rasanya suka aneh.
Sepertinya cukup segitu
saja cerita aksi nyata saya dalam menghemat energi dan menjaga lingkungan.
Sebenarnya kalau dijelaskan secara rinci sih
masih banyak, tapi cukup garis besarnya saja. Mungkin aksi di atas sama
seperti yang banyak orang lakukan, tapi memang begitu seharusnya. Semoga dengan
cerita di atas bisa semakin banyak orang yang menghemat energi dan menjaga
lingkungan serta menyadari keadaan bumi kita. Lebih baik melakukan hal kecil
tapi intensif daripada melakukan hal besar tapi hanya satu kali. Ayo amankan
bumi sebelum menderita karena ulah sendiri!