ternyata, menjadi diri sendiri terkadang memang tidak mudah. apalagi jika melibatkan kekuranganmu.

aku mungkin tidak seperti gadis lain yang masih bisa menjaga keanggunannya di segala situasi. aku mungkin salah satu gadis yang melakukan hal fatal di saat yang spesial. memang, tidak ada bunyi nyaring dari sendok dan piring yang beradu, atau remah-remah yang menempel di sekitar pipi, atau bahkan makanan yang melompat dari piringnya.

lebih fatal dari itu, aku bahkan masih menyesalinya hingga saat ini. mengutuki kita yang tak pergi kemana pun. yang akhirnya membuat kita membisu.

kita mungkin pernah sama-sama memiliki sedikit saja harapan untuk mengobati keadaan yang membuat luka. kita mungkin pernah sama-sama berjalan ke arah yang sama, di jalur yang sama.

tapi hari ini tidak sama seperti waktu itu. waktu terus berjalan, merubah keadaan, memutar perasaan.

untuk pertemuan yang nanti, maukah kau sedikit membantuku?

untuk membuatku tak mengulangi kegugupan dan kegagapan saat kencan pertama kita.

jangan percaya yang kau lihat, karena gula pun bisa tampak seperti garam

jangan percaya yang kau dengar, karena lidah memang tidak bertulang

jangan percaya yang kau sentuh, karena rasa itu relatif

kita hidup di zaman ketika:

orang-orang bertanya apa artinya kedewasaan tanpa sikap bijak

namun ketika seseorang sedang menuju perjalanannya ke arah tersebut,

semua orang berbalik dan menuduh adanya kepura-puraan

lantas, apakah bijak yang sesungguhnya dimaksud?

dan bijak seperti apakah yang memenuhi standar semua manusia?

kepuasanmu bukan milik siapapun lagi

tak ada kesenangan yang pasti disenangi semua orang

dirimu biarlah menjadi itu

tak ada yang benar-benar senang kau berubah

atau tetap begitu

suatu ketika, jika ada yang bertanya:

melihat, mendengar, merasa. manakah yang kau percaya?

dengar kataku, inilah jawabannya:

aku percaya yang aku percayai

tanpa campur tangan siapapun