semua boleh berubah. termasuk dia, tak terkecuali saya

July 10, 2014

pernah suatu ketika di tengah malam yang hampir menjadi esok, saya nyaris kehabisan ide untuk memakai sedikit bagian dari kuota internet. akhirnya berlabuhlah di akun sosial media milik seseorang yang dulu pernah  membuat bengong karena tampang congkaknya. sampai saya mengutuk tak berharap dapat mengenalnya. tapi malam itu saya dibuat tercengang dengan pemikiran yang tertulis dalam blognya.

dulu, jauh sebelum malam itu. dia anak laki-laki sebaya dengan tingkah yang wajar pada usianya. senang menggoda perempuan dengan modal wajah ganteng dan motor kerennya. merokok dan nongkrong disana-sini dengan masih menggunakan seragam sekolah. bermain ke tempat billiard. coba-coba ke klab malam. kebut-kebutan di jalan. berkata-kata kasar. bolos sekolah. berjalan dengan sangat angkuh di depan perempuan sebaya, seolah dia merasa jadi makhluk yang paling mempesona di dunia ini.

lalu dengan menahan ekspresi wajah untuk tetap biasa, saya mengumpatnya habis-habisan di dalam hati. sikapnya terlalu berlebihan. tak lebih, dia sama seperti saya. kami hanya pelajar SMA yang masih suka bersenang-senang.
 
namun satu yang membuat saya manggut-manggut: walau begitu, dia datang dari sekolah favorit dan tetap punya prestasi akademik.

malam itu, ketika satu minggu yang lalu saya melihatnya bengong di depan toko baju. tiba-tiba terpikir apa kabarnya dia setelah lenyap lebih dari dua tahun. diam-diam saya membaca tulisannya. dia berubah, atau mungkin ini sisi lain yang tak pernah saya ketahui.

mahasiswa ini. dia kritis dan paling kritis di antara teman-temannya yang masih sinis dengan kegiatan kemahasiswaan. dia banyak belajar dari kesenangan yang telah dilakukan saat SMA dulu. dia peduli dengan apa yang ada di sekitar dan memahami dengan mendalam akan fungsinya sebagai mahasiswa. dia tau tujuan hidupnya mau ke mana. dia tahu apa yang dia mau. dia penulis malam seperti saya. dia banyak membaca buku hingga saya dibuat sangat tak berdaya dengan beberapa istilah yang dia gunakan. hingga saya merasa tak ada apa-apanya dibanding dia, saya harus banyak baca juga.

satu hal lagi, dia anak laki-laki yang tak sungkan menunjukan kelembutannya melalui kalimat yang telah dia tuliskan. dan dia berhasil membuat saya berenang di antara opini-opininya yang powerful.
 
terkahir sebelum kita ditakdirkan untuk mengenal secara utuh: bolehkah suatu hari kita ke kedai kopi dan saling bertukar pikiran? nampaknya kita ada di sisi yang sama dalam banyak hal.