Pagi ini, ku berikan dia waktu untuk mereduksi emosinya. Lagi. Ke sekian kalinya, lagi.
Sungguh aku pun kacau sesaat setelah dia berkata "biarkan aku membereskan isi kepalaku dulu, ya?"
"iya, ku doakan kau hal hal baik" kataku.
tapi di hatiku, sungguh tak bisa menerka apa yang mengacau isi kepalanya.
adakah hal yang mungkin menyangkut aku, namun enggan dia sampaikan?
mungkinkah luka itu muncul lagi di relung hatinya?
mungkinkah mulai ada ragu dan rencana untuk melangkah mundur?
sungguh hadirku bukan di waktu yang tepat.
dan sungguh, lukamu melukaiku juga.





