Pertemuan Kembali

January 27, 2021

Terhitung sudah 10 bulan berjalan semenjak pengumuman resmi adanya pandemi di negara ini, atau sudah 6 bulan berjalan semenjak saya kembali menjadi pencaker, atau 1 bulan berjalan semenjak mantan kekasih berpamitan untuk tidak melanjutkan hubungan. Tak ada yang lagi yang dirasakan selain: jatuh berkali kali dalam kurun waktu kurang dari satu tahun.

Setelah sedikit kekacauan yang terjadi di tahun 2019, hingga sempat berpikir akankah saya bertahan di tahun 2020, ternyata saya masih terus bertahan hingga saat ini. Melewati segala hal yang sempat dikhawatirkan sebelumnya, dengan cara lewat begitu saja. Kenyataannya, semua hanya ada di kepala saya saja.

Jika kalian berpikir ini berat, iya saya paham. Mungkin keinginan untuk memberi tanda titik sempat terbesit, diam-diam menyelinap di antara keheningan menuju tidurmu. Saya mengerti perihnya kulit di sekitar mata akibat dari terlalu sering menangis, dan rasanya ingin tidur lagi sesaat baru saja bangun tidur.

Tapi sejujurnya, kepergian seseorang lah yang akhirnya mengembalikan saya ke tempat di mana seharusnya mengadu dan berharap. Katanya, kesulitan di dalam hidup kita diakibatkan oleh perbuatan kita sendiri. Karenanya, saya mulai mengumpulkan apa saja kekeliruan yang sudah saya lakukan, hingga rasanya bisa seperti ini. Apa yang salah, tak selamanya bisa diperbaiki. Tapi segala yang salah, masih bisa kita mohonkan ampun kepada Sang Pemilik Hidup.

Saya kembali meraih kepingan diri yang berserakan di beberapa penjuru tempat, telah lama saya membuatnya terpisah berantakan. Sekarang setiap ada kegelisahan, saya selalu tahu kemana harus meraung dan bergantung.