karena ada rasa yang sesaat dibalik perhatian yang sesaat, tapi aku sedang tak mau merasakan apapun. ini hal yang manis di tengah bulan yang sedang senang hujan-hujanan. ku bilang dan sudah berkali-kali ku bilang, hujan selalu punya ceritanya sendiri. ah, petrichor, aku menciummu lagi. entah kamu yang terlalu manis, atau aku yang tak bisa diperlakukan manis. tapi kamu telah berhasil menumbuhkan rasa sesaat...
tidak, bukan hanya dia yang mencacimu masih ada hati yang bimbang dan ingin memakimu di sini, aku siap untuk bermain api jangan hanya menatap, kemarilah rasanya sudah sangat lama di ingatanku semenjak kau memulai perang dingin dengan makhluk paling dingin lalu kau pergi dan bersembunyi tidak, bukan begitu tapi kau ketahuan kau bodoh, jejakmu terekam di atas barang bukti kau diam, seperti anak...
ku harap ada maaf di balik lelap semoga kau tak khilaf saat menatap bukan ku tak ingin mengurai maaf di hati aku hanya takut dia menancapkan belati kau harus tahu bahwa aku takut kau berdosa bermain hati denganku lagi dan membiarkan api membakar jerami kekasihmu aku hanya ragu kau tak akan berbuat salah lagi seperti telapak kaki yang selalu dingin tinta merah berlarian...
kau tahu bukan, harap itu lebih berat dari tiarap?kau tahu bukan telah berhasil membodohiku dengan semua harap-harap itu? harap perhatian, aku masih mengharapkanmu. jika kau sadar, kita tak pernah terpisah ruang dan waktu, melainkan peluang dan sesuatu. ada satu hal yang selalu memisahkan kita dan ada banyak hal yang seakan ingin menyatukan kita. bukankah kau akan berjuang untuk kita? atau untuk kalian? atau...
hanya jika kau tak pernah hadir maka aku tak punya alasan untuk menunggu jika saja kau tak pernah semanis itu mungkin akan kutelan cabai banyak-banyak seperti sebuah lagi pengantar tidur kau memainkan simfoni yang kusebut itu cinta dan seperti pengeras suara yang rusak kau mengakui semua hanya permainan bisakah kau tinggal dan bertahan di sini? bukankah aku terlalu sulit untuk diluluhkan? bahkan kau...
di pagi hari yang masih terlalu muda, anak gadis masih terjaga. menatap layar ponsel dan komputernya berkali-kali. dia masih bingung dengan perasaannya. ini hampa, tak pernah ada rasa yang nyata lagi. bahkan dia sudah tak berani mengatakan jatuh cinta. bagaimana bisa kau sebut itu ini insomnia ketika dia merasa hilang? di jalan kecil yang ditapaki, dia tak berharap bertemu dengan siapa-siapa kecuali ada...
di kerasnya sudut kota, ku temukan aku yang tak pernah kuduga sebelumnya. di balik tanda kebingungan. antara entah mau kemana lagi. jalanku semakin tergesa saat ku temukan aku yang dulu di atas potongan rambutmu. di belakang kaos cokelat ada jantung yang ingin melompat keluar meninggalakan tuannya. aku telah egois kepada diriku sendiri. di kerasnya sudut kota, ku berputar demi kesempatan yang kesekian kalinya....
rasanya aku ingin meminta maaf sekarang juga entah hatiku sangat ingin memaafkan segala kekhilafan akukah yang terlalu egois atau kamu yang sangat pemaaf raga ini malu saat pertemuan kembali nampaknya kamu telah meleburkan luka di antara kita seharusnya aku yang lebih dewasa menghadapi hidup ini kompetisi dan setiap orang berhak menang termasuk aku, tapi bukan memenangkan hatinya aku masih terlalu mentah untuk bergerak...
buatan sendiri di luar hujan lagi. tepat pukul 3.30 sore hujannya semakin deras. aku yang tengah terlelap di dalam mimpi langsung terbangun dan melanjutkan mimpi di tengah realita. duduk memeluk kaki di sudut kasur dan melapisinya dengan selimut bergambar anak beruang. kopi hitam ini panas dan manis. sweater dan syal berwarna pastel ini terbuat dari helaian benal wool. tapi sofa ini terlalu besar...
buatan sendiri detik waktu masih mengiringi langkah jiwa yang merasa sia-sia kali ini dia habiskan waktu entah hanya untuk termangu di pelupuknya masih menumpuk tanda tanya yang meradang akankah ada penyelesaian untuk semua penantian? satu, dua pertanyaan tidak bisa menguap begitu saja dan tiga, empat jawaban tidak dapat membeku dengan mudahnya semua memutar bukan hanya mengapa dan karena tapi mereka benarkah dan sebenarnya...