dini hari ini, aku gusar

July 17, 2013

di pagi hari yang masih terlalu muda, anak gadis masih terjaga. menatap layar ponsel dan komputernya berkali-kali. dia masih bingung dengan perasaannya. ini hampa, tak pernah ada rasa yang nyata lagi. bahkan dia sudah tak berani mengatakan jatuh cinta. bagaimana bisa kau sebut itu ini insomnia ketika dia merasa hilang? di jalan kecil yang ditapaki, dia tak berharap bertemu dengan siapa-siapa kecuali ada yang mencarinya. selama ini dan sejauh ini, tak pernah dia sadari akan langkahnya yang semakin memutar. pelan-pelan dia naik ke kasur dan menarik selimut tebal. mengucap selamat datang pada mimpinya.
**
miniatur kota di bawah laut. petani bayam masih mencari tengkulaknya. menggantungkan nasib pada harga yang malah seperti permainan judi. jika kau ragu, untuk apa kau berjalan? bahkan kau tak tahu akan ke mana. di lampu merah yang rusak. tak kau temukan polisi yang bisa membawamu pulang. kini kau entah kenapa berlarian seperti kucing mengejar ekornya sendiri.
**
hujan masih turun namun payungnya tetap dipegang. dia tak pernah tahu bagaimana akhir hari itu sampai ternyata hujan membawakannya luka. bukan, kau bahkan tak butuh masuk ruang operasi. jika kau tanya, aku pun tek mengerti dia. entah kenapa dan apa yang dipikirkan, hanya terlihat keluguan di wajahnya. dia merasa tak perlu mengeluh, dia bukan satu-satunya yang merasakan beratnya pundak. di sampingnya, di luar sana, masih banyak milyaran manusia yang saling mempermainkan. coba perhatikan sudut matanya. ada garis kumis kucing yang menjadi jalur air matanya.
**
bukan hanya gadis itu, melainkan aku juga merasa kehilangan. mungkin apa atau siapa, namun tak tahu bagaimana. jangan mencari alasan dari risaunya hati. jika tak kau temukan, gusarlah melanda hari-hari. kami mau menari dengan hak tinggi di kamar tidur. berputar, berputar, dan bergumam memainkan musik klasik yang tenang. masih saja kakinya terluka karena sepatu. ribuan kali aku begini dan berbekas. lalu kau membacakan sajak pagi ini yang aku buat entah atas dasar apa. di balik tirai masih saja berharap akan tepuk tangan yang banyak. sajak-sajak yang kehilangan tuannya sejak dulu, bukan faktor penentu hidupmu.