common problem: pressure yang tinggi

April 18, 2016

"Kamu yakin? Pressurenya besar banget loh"
"Tempatnya oke sih, tapi pressurenya juga tinggi"
"Dia aja ga betah karena pressurenya tinggi"

Banyak dari kita mungkin sudah sering berhadapan dengan peringatan karena tekanan yang tinggi. Memangnya pressure seperti apa sih yang selalu orang takutkan? Rasanya tingkatan suatu tekanan juga akan berbeda pada setiap orang. Kejadian A mungkin akan sangat menyiksa bagi si B, tapi tidak demikian dengan si C. Lalu, mengapa kita sering ditakut-takuti dengan pressure itu?

Saya pernah, suatu hari dianggap tidak mampu untuk berada di salah satu organisasi. Katanya saya masih terlalu muda dan belum cukup berpengalaman. Terlebih, pressurenya tinggi di dalam situ. Ajaibnya, saya bahkan tidak perduli dengan nasihat tersebut, mungkin karena si pemberi nasihat pun tampak sinis dengan rencana saya. Lalu akhirnya, pressure yang diwaspadai sejak awal malah menjadi penopang yang membuat mental tidak mudah rubuh.

Baru-baru ini juga saya dihadapkan dengan dua pilihan, satu di antaranya tentu saja tidak menjadi rekomendasi karena pressure yang tinggi. Saya heran, semakin semua orang berbicara pressure, saya semakin tergugah. Mengapa pressure selalu saja dijadikan pembatas untuk sebuah usaha? Mulai kapan pressure menjadi garis terakhir langkah seseorang? Dan sampai kapan tepatnya orang akan berhenti menjadikan pressure yang tinggi sebagai pertanda untuk mundur?

Bukan tidak mungkin apabila pressure menjadi pembatas, garis akhir, dan tanda untuk mundur. Tetapi tak ada salahnya menjadikan pressure sebagai rekanmu selama perjuangan berlangsung.

Jadi, kalau kamu mau nyaman lebih baik kita ngopi sembari menikmati koleksi drama korea yang saya punya.