Kenanga(n)

February 12, 2016

Jumat, 12 Februari 2016

Halo, Kenanga.
Hari ini mungkin adalah hari ke 1640 semenjak pertemuan kita yang terakhir. Kemarin, aku melihat sosok yang sungguh mirip dengan kita waktu dulu. Angin yang kemarin aku rasakan masih serupa dengan angin di bulan September beberapa tahun lalu, ketika muncul pertanda akan kehilanganmu.

Kenanga, ini surat pertama untukmu yang berani aku kirim. Setelah setiap malam di tahun yang berbeda, aku tak henti menuliskan detak rasa kepadamu. Gembira, gelisah, kasmaran. Selalu berakhir di laptopku saja.

Kenanga, aku pernah melihatmu sedang berjalan sendiri. Kamu tampak beda dengan pertemuan terakhir kita. Memakai gincu oranye, pensil alis coklat, dan rambutmu dipotong sebahu. Yang aku herankan, kamu menatap lurus saja ke depan seolah hanya hidup sendiri. Padahal kerlingan matamu tak pernah berbohong. Dari sudut mata, kau melihat aku yang sedang bergandengan. Tapi di sudut manapun, di hatimu, sudah terlalu karat untuk mengenaliku.

Kau bilang, aku berhasil membuatmu tegar dan menyadari maksud Tuhan. Dan aku pun bergumam di dalam hati, kau berhasil membuatku menyesal setiap melihat punggungmu menjauh dariku.

Kenanga, ini akan menjadi surat terakhir yang aku kirim untukmu. Karena kenanga, kau telah menaburkan kamboja di sepanjang jalan kita.

Selamat tinggal kenanga, yang kini tinggal kenangan.