(rindu) jejaring sosial

November 17, 2012

kalau boleh aku ingat kembali masa-masa sekolah kita dulu -- yang berbeda, kemudian aku ingat tengah malam di hari kerja. esok harus ke sekolah pagi hari sekali, dan aku masih sengaja terjaga demi sebuah komunikasi singkat. kamu -- yang bukan siapa pun --  tiba-tiba muncul di balik kotak dialog percakapan dari sebuah jejaring pertemanan. mengagetkan aku yang sebenarnya sudah sangat siap kaget.

tadi aku buka lagi percakapan lama kita. hanya 6 bulan di awal tahun ini dengan bulan yang melompat-lompat. kau bisa hitung, hanya beberapa ratus saja dengan sedikit kalimat yang kadang ku rasa bodoh pernah dilontarkan jemariku. lalu aku ingat-ingat lagi setiap kejadiannya.

pertama kali ketika awal pertemanan kita, masih kaku. lama-lama malah semakin terlihat salah tingkah -- kalimatku maksudnya. setiap malam pada bulan-bulan itu selalu rela bertahan sampai dini hari hanya untuk sebuah kata sapaan dari jemarimu, walau ternyata dari sebagian besar waktu menunggu, aku hanya mendapatkan sebagian kecilnya. malam-malam sendiri di dalam kamar, di atas karpet dengan lampu padam. terkikih girang di balik bantal karena percakapan denganmu. untung saja tulisan tak bisa menatap wajah kita masing-masing, kau pun tak bakal tahu bagaimana emosi mimikku saat itu.

satu hal, aku tak pernah menyapa duluan. bukan menjual terlalu mahal, tapi aku takut mengganggumu. aku takut kau merasa risih dengan keberadaanku yang tiba-tiba, karena untukku, kau seperti kartu undangan ulang tahun, tiada kesan tanpa kehadiranmu. memori ini sampai pada perpecahan hubungan -- pertemanan -- kita. disaat bersama di kotak percakapan, dengan bulatan hijau. kau diam, aku terbisu. semakin gelisah karena kotaknya tak kunjung berkedip karena kehadiranmu, padahal kau ada di situ dan aku yakin kau sadar ada aku.

selanjutnya tak bisa terbayangkan ketika di tempat lain kita malah berperang secara dingin. saling melempar surat kaleng, dan kau menang. aku yang memang dingin tak bisa mencairkanmu yang ikut mendingin, dan kita membeku bersama. kalau saja kau masih ada di telepon genggamku, kalau saja kau tak ku buang dari pesan masukku. mungkin petichor tak akan berbau manis, pasti hujan gerimis tak pernah mendamaikan, dan guruh tak akan lebih seram dari percakapan pesan kita.

beberapa hari terakhir dari sekarang aku memang membuka kotak dialog itu, berharap bulatan hijau di namamu yang selalu bertengger di paling bawah. tapi mana? apa kau lupa caranya berteman di dunia maya? dan jika tiba-tiba jariku berkata "hai" di akunmu, akankah kau terperenjat? akankah kekasihmu -- yang temanku -- itu akan mencaciku?

aku rindu, aku tunggu.