ini bumi kita, disayang yuk!

November 23, 2012


Merinding sekaligus miris kalau baca masalah lingkungan dunia dan liat keadaan sekitarnya secara nyata. Kalau sekarang sudah sekacau ini, bagaimana dengan esok? Lusa? Lain hari? Minggu depan? Bulan depan? Tahun depan? Atau bahkan beberapa menit dari sekarang? Sekarang saya sudah 18 tahun, kalau dibandingkan dengan 10 tahun lalu ketika saya masih 8 tahun, dunia ini sangat berbeda. Kita juga sudah sering dengar tentang isu-isu global seperti kelaparan, kemiskinan, bencana alam, global warming sampai “peramalan” kiamat akan datang. Iya, kiamat pasti tiba, tapi tidak ada satu pun orang yang tahu mengenai tanggalnya. Yang pasti kita harus siap-siap. Yang dari dulu sampai sekarang sedang gencar dibicarakan dan dicarikan solusinya mungkin isu global warming serta suhu dunia yang katanya akan naik 4oC pada akhir abad ini. Bagaimana tidak kaget mendengar isu kenaikan suhu itu? Naik 4oC itu tinggi loh, lalu apa kabar dengan kutub kita? Bayangkan, jika suhu dunia meningkat tajam, es di kutub akan mencair dan airnya tidak bisa meluber atau bahkan tumpah ke luar bumi kan, tentu saja akan menenggelamkan dataran yang ada. Kalu sudah begitu, mau bagaimana kita? Atau contoh lain dengan kejadian semburan lumpur di Indonesia. Lumpur yang kenyataannya adalah isi perut bumi itu suhunya panas dan tidak bisa kita tutup sumbernya. Lumpur akan terus menyembur hingga membanjiri dunia. Dari sana disergap es yang mencair, dari sini di tahan lumpur yang menyembur.

Selanjutnya tentang masalah energi. Energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan, tapi bisa diubah. Dengan adanya pernyataan seperti itu bukan berarti kita boleh boros loh. Tapi perlu kita ketahui kalau kita sedang krisis energi loh, buktinya apa? Buktinya adalah slogan “hemat energi”. Itu bukan jawaban konyol. Kalau diteliti, untuk apa saling menggembar-gemborkan slogan “hemat energi” kalau kita tidak punya masalah dengannya? Tentu saja ada bukan? Energi yang saya maksud di sini bukan energi matahari ya, lebih condong ke energi migas. Mengapa migas? Karena kita tahu migas itu hal yang vital bagi kelangsungan hidup manusia tapi cukup sulit didapat. Mungkin kita tahu BBM bersubsidi yang diadakan pemerintah, harganya lebih murah dan tidak semua jenis kendaraan boleh menggunakannya. Beberapa minggu lalu saya pernah membaca sebuah artikel mengenai perusahaan Pertamina yang menggelar program untuk memancing masyarakat agar mau menggunakkan pertamax. Hal itu dilakukan untuk mengurangi konsumsi BBM bersubsidi secara berlebihan karena masih banyak mobil mewah yang menggunakan BBM bersubsidi padahal sudah dilarang untuk menggunakan itu.

Setelah saya mengupas sedikit tentang permasalahan yang dihadapi dunia, maka saya akan menceritakan aksi nyata yang dilakukan untuk menghemat energi dan menjaga lingkungan.
      
           1.       Mematikan lampu yang tidak digunakan

Jika sekiranya masih bisa terang dengan cahaya matahari yang masuk ke rumah, saya tidak akan menyalakan lampu. Selain boros, ruangan pun akan terasa panas. Ibu saya juga selalu berpesan untuk mematikan lampu dapur atau kamar mandi jika sudah beres dengan urusan kita di situ. Saat malam pun keluarga saya terbiasa hanya menyalakan lampu luar saja, karena lampu di dalam rumah tidak akan kita nikmati. Ada beberapa bahkan banyak teman yang tidur dengan keadaan lampu dinyalakan dengan alasan takut. Saya sih memang lebih suka kalau lampunya dimatikan, bisa nyenyak, kulit tidak keriput, dan metabolisme tubuh pun bisa bekerja lebih efektif. Pernah mendengar tentang polusi cahaya? Nah, itu diakibatkan dari penggunaan cahaya buatan manusia (lampu) yang intensitasnya sangat besar. Bisa kita lihat kalau malam tidak segelap dulu lagi, kecuali jika sedang musim hujan. Tapi kalau memang tidak mau tidur dalam keadaan lampu yang mati, mungkin bisa mengikuti kegiatan “earth hour” saja. Hanya satu jam, berarti besar bagi dunia.

            2.       Menggunakan air seperlunya

Yang penting selanjutnya. Saya tidak akan membiarkan air terus mengalir dari kran jika tidak dipakai. Kalau sedang mengisi air pun, selalu langsung dimatikan jika sudah penuh. Tidak selamanya kita hidup dengan air yang berkecukupan. Ada kalanya kita mengalami musim kemarau atau kejadian pompa yang rusak sehingga mengharuskan kita membeli air secara eceran. Coba bayangkan betapa sulitnya harus berebut air dengan tetangga jika pompa utama yang mengalirkan air ke setiap rumah sedang rusak. Sudah berebut, air semakin terbatas pula.

            3.       Mencabut kabel listrik yang tidak digunakan

Keluarga saya punya kebiasaan yang tidak bisa saya abaikan, yaitu selalu mencabut kabel televisi sesudah menonton serta mencabut beberapa sumber listrik saat meninggalkan rumah dalam keadaan kosong. Kebiasaan ini berimbas pada penggunaan charger telepon selular. Saya tidak pernah membiarkan telepon genggam saya terisi dari waktu tidur hingga bangun. Saya selalu menyetel alarm dan rela bangun tengah malam hanya untuk mencabut telepon genggam daripada terus membiarkannya terisi. Selain menghindari kerusakan, saya pun menghemat energi.

            4.       Tidak boros dalam penggunaan kompor gas

Berhubung rumah saya memakain kompor gas dan gas juga tidak semudah itu didapat, ini adalah kegiatan penghematan yang harus dilaksanakan. Memasak seperlunya dan tidak meninggalkan kompor dalam keadaan menyala. Maksudnya di sini adalah, misalkan saya memasak mi instan, saya tidak akan meninggalkan rebusan air dan kembali lagi dalam keadaan mendidih. Lebih baik saya menunggu airnya mendidih saja, sehingga saya tidak perlu membuang waktu dan membuang-buang gas. Selain itu saya tidak mau nasib gas sama dengan nasib minyak tanah. Dulu dia sangat populer hingga orang-orang boros terhadapnya sehingga membuatnya menghilang.

            5.       Menggunakan kendaraan umum

Ya, ini aksi nyata saya juga. Selain tidak bisa mengendarai kendaraan bermotor, naik kendaraan umum pun membuat kita santai. Jika mengendarai kendaraan pribadi, mungkin saya tidak akan bisa tidur dan mendengarkan musik di jalan, yang ada malah celaka nanti. Lagipula menggunakan kendaraan umum akan menghemat bahan bakar yang tersedia di SPBU milik Pertamina dan mengurangi kemacetan.

            6.       Membuang sampah di tempatnya

Sekecil apapun sampahnya, jika semua orang membuangnya di jalan tentu akan menjadi bencana. Apa susahnya membuang sampah di tempatnya? Tidak ada tempat sampah? Atau tempat sampahnya jauh? Pegang dulu saja, kemudian dibuang jika sudah menemukan tempatnya. Selain menghindarkan lingkungan dari banjir saat hujan tiba, jalanan pun akan bersih karena tidak ada sampah yang berserakan.

            7.       Perkecil frekuensi penggunaan kantong plastik

Mengapa diperkecil? Kerana jujur, jika harus benar-benar stop menggunakan kantong plastik saya tidak bisa. Ada saatnya saya memakai kantong plastik, tapi banyak saatnya saya menggunakan tas dari kain kasa.

            8.       Tidak membiarkan selembar kertas kosong terbuang percuma

Sebagai mahasiswi, saya masih perlu menggunakan kertas. Tapi saya sadar bahwa sudah banyak pohon ditebang demi bisnis lembaran kertas. Maka, saya tidak mau menggunakan kertas hanya untuk coretan yang tidak perlu dan memanfaatkan setiap lembar kosongnya dengan efektif.

            9.       Makan? Tidak mau pakai styrofoam

Mengapa? Bukannya manja, tapi styrofoam itu sama seperti plastik. Sulit diurai oleh alam. Jadi kalau saya makan di luar, tolong simpan di atas piring atau di atas tempat makan saya saja. Selain lebih nyaman, tempatnya pun bisa dipakai berkali-kali.

            10.   Bawa minum sendiri

Hal ini selalu saya lakukan. Mengapa? Bukannya sudah kuliah? Apa tidak malu? Tentu saja tidak, malah saya merasa diuntungkan dengan membawa minum dari rumah. Ukuran tempat minum saya jumbo, bisa memenuhi kebutuhan dahaga saya dari pagi sampai sore. Airnya pun saya yakin bersih, selain itu tidak perlu mebuang-buang uang untuk membeli air minum kemasan botol setiap hari yang terkadang rasanya suka aneh.

Sepertinya cukup segitu saja cerita aksi nyata saya dalam menghemat energi dan menjaga lingkungan. Sebenarnya kalau dijelaskan secara rinci sih masih banyak, tapi cukup garis besarnya saja. Mungkin aksi di atas sama seperti yang banyak orang lakukan, tapi memang begitu seharusnya. Semoga dengan cerita di atas bisa semakin banyak orang yang menghemat energi dan menjaga lingkungan serta menyadari keadaan bumi kita. Lebih baik melakukan hal kecil tapi intensif daripada melakukan hal besar tapi hanya satu kali. Ayo amankan bumi sebelum menderita karena ulah sendiri!