akhir(Nya)

June 21, 2016

Akhir(Nya)
id.pinterest.com
pernahkah kalian harus melihat sesuatu berakhir, bahkan awal mulanya pun belum terjadi? atau pernahkah kalian melepaskan sesuatu yang bahkan belum sempat kalian genggam? sederhananya, kalian merencanakan sesuatu tapi harus membatalkannya. kalau disimpulkan dalam satu kata, kejadian itu bisa kita sebut apa ya? takdir atau angan?

kamu tau? saya percaya 2 hal yang berikatan dalam keyakinan saya; sesuatu yang digariskan Tuhan dan belum terjadi, serta sesuatu yang digariskan Tuhan dan sudah terjadi. dan saya yakin bahwa angan manusia adalah salah satu di antara 2 hal tersebut. jadi, kalau seandainya angan tidak tergapai berarti itu adalah substitusi dari perihal yang pertama.

lalu kenapa kita repot-repot berangan kalau ternyata ada garis Tuhan? bukankah malah menyebalkan kalau kita berangan, overthinking, lalu sedih berkeping-keping kalau angannya tidak terwujud?

serius, pertanyaan ini menarik. saya juga rasanya ingin menjalani hidup begitu saja, ga perlu mimpi yang muluk-muluk. apalagi kalau mimpi itu melibatkan orang lain di dalamnya, rasanya saya malah ingin hidup untuk diri sendiri saja. serius, pernyataan saya dangkal juga. awalnya tampak benar, lama-lama malah keliatan desperate-nya. gimana engga, cuma karena 1 atau 2 mimpi bahkan 1000 mimpi ga terwujud aja langsung lemas. padahal hidup masih panjang, bahkan setelah mati akan hidup lagi. yang abadi.
id.pinterest.com
oh iya, saya emang dangkal kalau kecewa. bahkan cenderung berpikiran praktis. 

untungnya kebiasaan untuk berkontemplasi menyadarkan saya pada hakikatnya manusia. ga perlu lama-lama tersesat di pemikiran manusiawi. saya berangan, lalu kecewa, tujuannya satu; untuk menyadari bahwa saya manusia. punya batas, punya sabar, punya Tuhan. semua kekecewaan mengerucut pada naiknya derajat di hadapan Tuhan. karena saya terlalu banyak berangan dan berharap pada hal fana, Tuhan mematahkan mimpi itu, sekadar untuk membuat saya kembali berharap pada-Nya. seolah Tuhan memberi tanda untuk tidak perlu merasakan kecewa mendalam, tenang aja. lalu, dengan angan itu kan kita akan berusaha. karena sepertinya mustahil kalau hidup tidak dibarengi dengan usaha, selain doa.

ah, selalu suka kontemplasi karena hanya melibatkan saya dan Tuhan. satu-satunya kesempatan dimana saya mengaku sangat ringkih tanpa malu, malah harus. bahkan disaat seperti ini, ketika saya baru saja terlalu bergantung pada mimpi, melibatkan orang lain, namun harus merelakan punggungnya menjauh sebelum sempat melihat wajahnya. iya, perasaan memang sebaiknya dititipkan hanya pada Tuhan, kalau engga ya bisa porak-poranda.

bukankah harusnya bersyukur ketika Tuhan mengunjungi kita dengan memberikan perasaan kecewa? artinya hati kita belum dibuat mati rasa, iya kan?