se.pu.lu.h

January 04, 2015

"sepuluh", kataku.
tak ada yang istimewa dan tampak sama sepertiku
biasa saja.

mungkin sepuluh akan tampak banyak dengan ribu, juta, milyar.
mungkin sepuluh akan tampak rumit dengan persen, kubik, akar kuadrat.
mungkin sepuluh akan tampak lelah dengan menit, jam, tahun.
mungkin sepuluh akan tampak jauh dengan lantai, meter, kaki.

hari dan kilometer.

saya selalu yakin bahwa yang memisahkan kita bukanlah ruang dan waktu, melainkan jarak dan sesuatu. biar saya jelaskan:

kita ada di ruang yang sama. mungkin rumah, kota, provinsi, pulau, negara, benua, atau planet yang sama. masih bisa kau bilang kita berbeda ruang?

kita ada di waktu yang sama. mungkin bagian barat, tengah, timur, pagi, siang, malam, atau rindu. masih bisa kau bilang kita berbeda waktu?

tapi jarak, ribuan Kilometer aspal yang dibuat sedari dulu memisahkan kita. mungkin harus melintas udara atau laut untuk sampai dan saling berhadapan. tapi sesuatu, hal yang tak pasti namun selalu ada. mungkin tak ada jatah cuti atau kondisi cuaca yang menjadi faktor pembatas kita.

berapa lama kita tidak bertemu? sepuluh abad akan menjadi jawaban yang sangat dramatis.
lalu berapa lama kita bisa bertemu? sepuluh detik akan menjadi jawaban yang sangat mengiris.

namun kali ini sepuluh hari, sudah saya hitung sejak awal isu kedatangan. sepuluh hari yang lalu semenjak saya menjemput ke bandara dan hari ini baru pulang mengantar ke bandara. lalu yang menyakitkan dari perjumpaan dan perpisahan bukanlah saat mereka terjadi, namun sesuatu di antaranya. something that left behind. sebuah perasaan mendalam akan kerinduan dan keengganan untuk berpisah. sebuah penahanan diri untuk tak meneteskan air mata di depan umum dan keperihan hati yang tetap terasa.

kita.
saya dan mama.
kami dipisah oleh jarak dan sesuatu.
mungkin sudah sekitar sepuluh bulan lamanya.
saya harap kami tak akan dipisah lagi, setidaknya sampai keponakan genap berusia dua tahun.

mari menghitung waktu!