lagi-lagi aku harus membiarkan mataku untuk menyiksa hati menyaksikan yang tak diinginkan terjadi satu, dua, dan tiga segera kau bersama dia sebelah mata ini buram sampai wajah menjadi muram kau ayam yang sedang mengeram berharap mutiara di dalam tiram sore itu aku ingat kamu berbicara bergembira bersama dia dengan ujung mata padaku aku salah apa? kemudian untuk siapa pun siapa bilang pelangi itu...
dua cangkir putih teh manis hangat yang aku buat hanya kosong satu dan penuh satu yang penuh pun mendingin sepertiku kamu kemana? kamu memang seperti mentari di pagi hari kamu memang seperti selimut tebalku dan kamu memang seperti itulah hangat dan menghangatkan tapi aku yang selalu mengejar sinar mentari hanya selalu menemukan langit malam dengan bulan redup tanpa bintang yang mengintip sementara mereka,...
sembilan puluh empat, itu milikku aku berbinar melihatmu tingkahmu itu, aku suka kemudian keningku berkerut sembilan puluh dua, itu milikmu aku selalu bermasalah dengan angka andai aku dan angka berdamai, andaikan angka bisa diatur aku dan kau pun akan teratur tapi kini hanya aku dan literatur di depan mesin ketik semua huruf melebur tanpa kuselipkan satu angka pun dan kini aku bertanya, jika...
kedua mataku ini memang tak seindah matanya mereka memang tak berkilauan seperti mutiara dan tidak pula menyala seperti bintang jatuh tapi mereka punya cinta yang hanya berani untuk melirik dari ujung saja jemariku ini memang tidak bisa memaikan tuts piano mereka tak bisa menggoreskan angka pada pelajaran matematika dan menggaris pun tak mampu tapi mereka bisa bersajak di papan ketik untukmu sepasang bibir...
dibalik dinding berwarna cream itu semua berbisik "iya yang itu. aku mau, aku mau" kemudian terkikih layaknya perempuan luwes yang memang kodratnya centil. ah kalian harus tahu ini, aku juga mau.....mau lebih dari itu maksudnya. anganku memang selalu lebih jauh dari semua orang, imajinasiku memang seperti cerita non-fiksi yang tidak ada habisnya. aku sangat suka persaingan, tapi bukan tema ini juga. masalah perasaan...
ini kompetisi tersirat, tanpa peluit dan tanpa wasit penontonnya pun tersirat ini kompetisi tersirat, tanpa daftar peserta tapi kau tahu siapa mereka kau pun ikut serta ke dalamnya ini kompetisi tersirat, tanpa juara dua atau tiga tetapi hanya satu kalian semua pun ingin yang satu ini kompetisi tersirat, tanpa mereka berbicara pun kau tahu semuanya kami akan saling menjatuhkan ini kompetisi tersirat, saat...
menenteng tas besar sambil berjalan santai karena lutut yang terus bergetar melewati sosok yang diidamkan semua orang dan berharap dia menyadari keberadaanmu. ibarat kupu-kupu yang berusaha keluar dari kepompongnya kau terengah sendirian dan tersenyum dengan bangga tapi sementara kau telah mengangkat dagumu, seseorang sedang berusaha melayang jantung berdegup makin kencang tanpa bisa mengalirkan darah ke seluruh tubuhmu kau lihat matanya dan terlarut dalam...